Senin, 09 Maret 2020

FISIOTERAPI PADA NYERI TUMIT


Nyeri tumit atau dalam habasa medis disebut heel pain. Nyeri tumit disebabkan oleh peradangan pada tulang tumit (Os. Calcaneal). Peradangan diakibatkan oleh gesekan berlebihan atau beban berlebihan pada tumit secara terus menerus. Tingginya kadar asam urat dapat memperberat keluhan nyeri tumit. 

Nyeri tumit dapat dialami pada semua usia. Orang dengan berat badan berlebihan memicu terjadinya nyeri tumit lebih tinggi. Perempuan memiliki resiko lebih besar dibanding laki-laki. Hal tersebut terkait sistem pengaturan hormon. 

Beberapa keluhan nyeri tumit antara lain:

  1. Linu di area tumit
  2. Nyeri seperti tertusuk ketika berjalan
  3. Kaku pergelangan kaki
  4. Tegang atau kram pada betis
Keluhan terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur dan hilang menjelang siang hari. Nyeri semakin berat ketika cuaca dingin dan kelelahan. Nyeri hilang ketika istirahat dan timbul kembali saat aktifitas. 

Wanita yang sering memakai sepatu hak tinggi atau sepatu tanpa insole sepatu yang pas juga memiliki resiko lebih tinggi merasakan nyeri tumit. Hal tersebut disebabkan karena ketegangan jaringan ikat di daerah telapak kaki. Akibat ketegangan yang berulang selama beberapa periode, meningkatkan pembebanan pada tulang tumit dan kemudian timbul nyeri yang lambat laun semakin parah. 

Hal yang bisa dilakukan ketika nyeri tumit antara lain:
  1. Istirahat. Istirahat dapat membantu otot-otot kaki yang mengalami kelelahan kembali mengumpulkan energi. Energi tersebut memberikan otot kaki kekuatan untuk menopang badan kembali dan menahan agar beban tubuh tidak sepenuhnya jatuh ke tumit. 
  2. Kompres es. Es dapat membantu mencegah terjadinya bengkak. Es juga dapat memblok nyeri agar tidak di terjemahkan oleh otak. Fungsi es juga dapat sebagai pendingin untuk area yang mengalami peradangan sehingga jaringan sekitar menjadi rileks. 
  3. Peregangan. Peregangan dilakukan agar tidak terjadi kekakuan. Peregangan dilakukan sebaiknya dengan pelan agar tidak terjadi cidera. Peregangan yang dapat dilakukan sebagai contoh antara lain: 

       

  4. Latihan kekuatan otot. Latihan otot membantu mempersiapkan otot untuk menopang badan agar berat badan tidak jatuh sepenuhnya pada tumit. Latihan yang dapat dilakukan antara lain: 
  5. Massage atau Pijat. Pijat dapat dilakukan ketika tidak dijumpai bengkak pada daerah tumit. Pijat dilakukan pada otot betis atau telapak kaki. Sebaiknya dilakukan dengan pelan dan lembut. 




Kamis, 05 Maret 2020

REHABILITASI STROKE



STROKE. Gangguan yang disebabkan oleh sumbatan dan atau perdarahan di pembuluh darah otak. Adanya gangguan tersebut memicu kematian jaringan otak. Akibatnya, perintah otak untuk mengatur gerakan tubuh dan organ lain terhenti. 

Kacaunya perintah otak untuk mengontrol organ menimbulkan gejala yang bersifat sementara sampai permanen. Gejala tersebut dapat berupa: kelumpuhan anggota gerak, tidak simetrisnya bentuk wajah, susah dalam pengucapan kalimat, penurunan pengelihatan dan pendengaran, hingga kehilangan kesadaran. Gejala tersebut dapat menetap apabila tidak segera mendapat penanganan yang optimal. 

Gejala yang menetap bermula dari gejala ringan pasca serangan stroke seperti kelumpuhan dan tidak simetrisnya bentuk wajah. Tindakan yang tepat untuk mengembalikan gangguan tersebut berupa terapi latihan dan stimulasi otot. Gangguan berupa kelumpuhan akan menetap dan semakin parah apabila tidak mendapat stimulasi untuk membantu pulih ke keadaan sebelumnya. 

Intensitas terapi latihan dan stimulasi sangat mempengaruhi harapan sembuh penderita stroke. Semakin sering latihan dan stimulasi diberikan maka semakin terbiasa pula suatu anggota gerak untuk kembali dapat menjalankan fungsinya seperti sediakala. Terapi latihan dan stimulasi memiliki beberapa prinsip yang harus diperhatikan agar kebiasaan gerak yang terbentuk nantinya tidak menyalahi kaidah gerak normal. 

Kaidah gerak adalah aturan suatu gerakan yang terjadi selayaknya anggota gerak tersebut bekerja dan berfungsi tanpa memperberat fungsi organ (gerak) lain. Maksudnya adalah aturan gerakan yang harus terpenuhi dengan mempertimbangkan efektifitas gerakan tersebut, apakah menimbulkan kerugian bagi jaringan lain atau malah dapat merugikan tubuh secara penuh. 

Prinsip dalam rehabilitasi (pengembalian fungsi) pasca stroke adalah pengulangan dengan intensitas sedang hingga tinggi dan sesuai kaidan gerakan yang terkait. Semakin sering gerakan diulang maka otak akan menerima gerakan tersebut sebagai memori yang akan disimpan sebagai bekal perintah (nantinya). Sehingga ketika otak sudah cukup memiliki memori gerak maka anggota gerak yang mengalami kelumpuhan kemungkinan besar dapat bergerak kembali. 

Kembalinya fungsi gerak anggota tubuh tentu didasari dari beberapa komponen: memori gerak, kekuatan otot, keseimbangan, koordinasi, dan rasa posisi. Jika hal tersebut sudah secara penuh didapatkan maka penderita stroke memiliki potensi besar untuk dapat menjalankan aktifitas seperti sebelumnya. Hal tersebut akan didapatkan pada terapi latihan (rehabilitasi) pasca stroke dengan catatan konsistensi dari penderita.

Beberapa bentuk latihan untuk penderita pasca stroke pada umumnya, seperti: 
  1. Berbaring di tempat tidur. Latihan ini dapat dibantu oleh orang lain (sedikit) atau dilakukan sendiri. 
     
  2. Membuka dan menutup jari. 
     
  3. Meremas bola (lentur) atau handuk (kasar). Benda yang dipakai haruslah aman dan tidak menimbulkan luka. 
     
  4. Posisi duduk dengan memindahkan gelas plastik kosong dari belakang badan atau depan badan.
     
  5. Berdiri di depan cermin dan melakukan gerakan (bebas) dengan memerhatikan pantulan diri sehingga bisa mengoreksi gerakan diri sendiri. 
     
  6. Berdiri dengan berpegangan pada tembok, kursi, atau orang lain kemudian mengangkat ujung kaki. Usakahan tumit tetap menyentuh lantai. 
     
Sebaiknya latihan didampingi oleh tenaga ahli atau keluarga yang sudah diberikan arahan oleh terapis. Latihan harus didasari oleh kondisi pasien yang prima dan siap untuk melakukan aktifitas. Pasien dengan tensi tinggi dianjurkan untuk tidak melakukan latihan karena dapat menimbulkan serangan stroke berulang. Pastikan tubuh penderita mampu melakukan tugas. Latihan harus menyesuaikan kondisi (pemeriksaan) penderita.